MOGOK JADI IBU

Mogok jadi ibu. Iya. Saya hari ini berniat mogok jadi ibu. Pokoknya hari ini saya cuma mau bermalas-malasan, santai, mungkin tidur-tiduran sambil baca buku.

Mau tau alasannya? 

Pagi tadi, si Adik mendadak rewel gara-gara mau mencet tombol mesin cuci yang udah terlanjur saya nyalakan. Saya tawarin untuk dimatikan lagi dan kemudian dia yang mencet ga mau. Ngamuk, yang ga kaya biasanya. Kursi dan galon ditendang-tendang. 

Eh, kok sepulang dari masjid, ketika tahu saya dan Adik lagi diem-dieman, si Ayah tiba-tiba ngomong “kalo guyonan ga usah nemen-nemen, nanti gini jadinya”. Si Mas nanya-nanya pula apa yang terjadi. Seketika tanduk dan taring saya keluar. Saya segera masuk kamar untuk bersemedi dan mengikrakan SAYA MOGOK JADI IBU HARI INI.

Waktu pun berlalu, tanpa keributan, tanpa teriakan, “Ayo sarapan”, “Tasnya udah siap belum?”, “Udah gosok gigi belum?” hingga jam 7 pagi, dan tiga orang laki-laki masih berkegiatan tanpa suara. 

Saya jadi ga sabar, nanti kalau terlambat gimana, pikir saya. Akhirnya saya keluar dari kamar dan kemudian bersuara “Udah jam 7 lho, nanti telat.” Dan teriakan itu mengakhiri niat saya untuk mogok menjadi ibu.

***

Pernah mengalami hal-hal seperti diatas? Ketika kita bersusah payah dan mendadak anak-anak dan suami tidak bisa diajak untuk kompromi, dan kemudian berniat untuk mogok menjadi ibu walau untuk satu hari saja. Mogok untuk ngomong, mogok untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan mogok untuk hal-hal lainnya. Atau mungkin hanya saya saja yang pernah berniat untuk mogok menjadi ibu?

Namun ternyata itu hanya berjalan sebentar saja sodara-sodara, karena ternyata mogok menjadi ibu tidak semudah yang kita pikirkan. Ibu memiliki peran yang sangat penting di dalam rumah. Selain itu, saya juga merasa bingung sendiri. Ga dengar teriakan anak-anak, ga ada pertengkaran mereka ketika berebut untuk bersalaman dan berpelukan ketika pamit berangkat sekolah dan lain sebagainya. 

Saya cukup sadar, bahwa niat untuk mogok menjadi ibu itu tidak baik, namun saya hanya manusia biasa, yang kadang ketika kejenuhan melanda, saya cuma bisa ngambek dan nangis. Mungkin saya perlu untuk kembali meluruskan niat saya, bahwa ada pahala besar yang menanti ketika saya melakukan tugas sebagai istri dan sebagai ibu dengan ikhlas. Dan bagi saya yang masih suka galau, harusnya meluruskan niat itu diulang setiap hari, setiap saat.  Ya, luruskan niat, luruskan niat, Lillahi Ta’ala. Bismillah. Semoga saya bisa.

***

Dan siangnya ketika sedang menuliskan ini, saya mendadak kedatangan tamu. Tadi pagi efek PMS ternyata…