Tuesday 5 January 2016

Dicari, Lelaki yang Bertanggungjawab

###
Sore itu, mendadak saya kedatangan tamu. Seorang teman yang lama tak berjumpa. Dia ditemani suaminya dan membawa seorang bayi.
"Apa kabar mba, alhamdulillah dah tambah momongan", sapaku sambil mengajaknya masuk ke rumah.


"Ini adikku mba, bukan anakku. Mau minta tolong diperiksakan", jawabnya.
Aku pun bengong, dan dia memberikan penjelasan panjang lebar. Ibunya menikah lagi, dan di usianya yg ke 42, beliau diamanahi lagi seorang bayi mungil, yang saat ini berusia berusia 1 bulan. Bertepatan dengan hari libur yang bergandengan ini ini, ketika semua dokter praktek tutup, si bayi terserang flu, si ibu terkena stroke, dan si ayah pergi entah kemana.

###
Sabtu lalu, diajak ayah jalan-jalan ke jaro, berjarak sekitar 50km dari tanjung. Begitu kami memasuki kecamatan jaro, si ayah mengerem mendadak.
Di depan kami ada seorang ibu yang tiba-tiba menjatuhkan diri di tengah jalan, sambil menangis, meninggalkan anak lelakinya berusia 2tahunan di atas motor di pinggir jalan.
Alhamdulillahnya kendaraan yang lalu lalang dengan sigap langsung berhenti. Orang-orang segera berkerumun, berusaha membujuk si ibu untuk ke pinggir.
Penasaran nih ceritanya, dan bertanyalah kepada salah seorang yang ikut berkerumun tadi. Ternyata, si ibu sudah tidak kuat dengan sikap suaminya, dan mungkin berniat melakukan bunuh diri.

###
Siang tadi mendengar kabar yang mengejutkan. Seorang teman yang baru saja menikah dan sedang hamil 3 bulan, pisah ranjang dengan suaminya.
Si suami yang anak tunggal, tidak tahan mengurus istrinya yang sedang hiperemesis gravidarum. Si suami memilih memulangkan istrinya ke orangtuanya, dan dia sendiri pulang ke orangtuanya, dengan alasan "ga ada yang ngurusi aku".
Saat istrinya masuk rumah sakit pun, suami terlihat acuh tak acuh. Tampak tidak mau repot mengurus istrinya.


###
3 peristiwa diatas benar-benar kejadian yang aku alami dalam waktu yang berdekatan, dan sempat menjadi pikiran. Apa memang saat ini susah untuk menemukan sosok lelaki yang bertanggung jawab? Apa yang salah dengan semua ini?
Mungkin ini adalah sinyal yang diberikan oleh Allah SWT, bahwa kami sebagai orang tua harus introspeksi diri, harus lebih memperhatikan lagi pendidikan dua jagoan kami, untuk menjadikan mereka lelaki yang bertanggung jawab, meneladani Rasulullah SAW.

Bismillahirrahmanirrahim, bimbing kami ya Allah, untuk mendidik anak-anak kami..

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa" (QS. Al-Furqan : 74)

Peristiwa diatas juga mengingatkanku, bahwa aku harus lebih banyak lagi bersyukur, karena memiliki ayah yang bertanggung jawab, dan juga diberikan seorang lelaki pendamping yang bertanggung jawab.

No comments:

Post a Comment