Saturday 2 January 2016

Rangkuman Materi Halaqah Silsilah Ilmiyah 2 : Mengenal Allah (2.6 - 2.10)

2.6 Keyakinan Allah sebagai Pencipta, Pemberi Rezeki dan Pengatur Alam Semesta Tidaklah Cukup untuk Memasukkan Seseorang ke dalam Agama Islam


Meyakini bahwasanya Allah sebagai pencipta, pemberi rezeki dan pengatur alam semesta adalah sebuah kewajiban, yang tidak sah keimanan seseorang sampai meyakini yang demikian itu. Namun ini tidaklah cukup untuk memasukkan seseorang ke dalam agama Islam. Dan belum bisa menjadi pembeda antara seorang yang muslim dengan orang yang kafir. 

 
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan di dalam Al-Qur'an: 
   ﻗَﺎﻝَ ﻣَﺎ ﻣَﻨَﻌَﻚَ ﺃَﻟَّﺎ ﺗَﺴۡﺠُﺪَ ﺇِﺫۡ ﺃَﻣَﺮۡﺗُﻚَۖ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻧَﺎ۟ ﺧَﻴۡﺮٌ۬ ﻣِّﻨۡﻪُ ﺧَﻠَﻘۡﺘَﻨِﻰ ﻣِﻦ ﻧَّﺎﺭٍ۬ ﻭَﺧَﻠَﻘۡﺘَﻪُ ۥ ﻣِﻦ ﻃِﻴﻦٍ۬

"ALLah menceritakan tentang ucapan iblis. ALLah berkata kepada iblis: "Apa yang mencegahmu untuk sujud (kepada Adam) ketika Aku memerintahkan kepadamu?" Iblis mengatakan: "Aku lebih baik daripada dia, Engkau telah menciptakan aku dari api dan menciptakan dia dari tanah." (QS. Al-A'raf: 12)

Iblis mengenal bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah menciptakan dia.
Orang-orang musyrikin Quraisy ketika mereka ditanya, siapa yang menciptakan, siapa yang memberikan rezeki kepada mereka, dan siapa yang mengatur alam semesta ini, mereka mengatakan Allah.


ﻭَﻟَٮِٕﻦ ﺳَﺄَﻟۡﺘَﻬُﻢ ﻣَّﻦۡ ﺧَﻠَﻖَ ﭐﻟﺴَّﻤَـٰﻮَٲﺕِ ﻭَﭐﻟۡﺄَﺭۡﺽَ ﻟَﻴَﻘُﻮﻟُﻦَّ ﭐﻟﻠَّﻪُۚ

"Dan seandainya engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka: "Siapa yang menciptakan langit dan juga bumi?" Niscaya mereka mengatakan: "Allah." (QS. Az-Zumaar: 38)

Meskipun mereka meyakini hal-hal yang demikian itu, akan tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerangi mereka. Kenapa demikian?
Karena mereka, orang-orang musyrikin Quraisy tidak mentauhidkan Allah, tidak mengesakan ALLah Subhanahu wa Ta'ala di dalam beribadah.
Oleh karena itu, di sini seorang muslim, perlu dia mengetahui apa pengertian ibadah dan macam-macamnya, sehingga dia tidak menyerahkan satu ibadahpun kepada selain Allah. 





2.7  Pengertian Ibadah dan Macam-macamnya



Ibadah adalah seluruh perkara yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang dhahir maupun yang batin.



Seseorang bisa mengetahui sesuatu dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan beberapa cara. Di antaranya, apabila sesuatu tersebut diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka kita bisa mengetahui bahwasanya sesuatu tersebut adalah ibadah. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak memerintah, kecuali dengan sesuatu yang Allah cintai.



Termasuk di antaranya apabila Allah Subhanahu wa Ta'ala diketahui memuji pelakunya, maka kita mengetahui bahwasanya sesuatu tersebut adalah dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.



Doa adalah ibadah, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkannya.


ﭐﺩۡﻋُﻮﻧِﻰٓ ﺃَﺳۡﺘَﺠِﺐۡ ﻟَﻜُﻢ


"Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan." (QS. Ghafir: 60)



Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda di dalam sebuah hadits:


ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُﻫُﻮَﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩَﺓ
"Doa itu adalah ibadah." (HR. Abu Dawud no. 1479, An-Nasai no. 3896, At-Tirmidzi no. 3247, dan Ibnu Majah no. 3896. Syaikh Al-Albani berkata dalam Shahih Sunan Ibnu Majah 3/252: "Shahih")


Dengan demikian, syirik hukumnya berdoa kepada selain Allah. Baik kepada seorang nabi, seorang malaikat, seorang jin, orang yang sholeh dan lain-lain.



Menyembelih adalah ibadah. 

Allah berfirman :


ﻓَﺼَﻞِّ ﻟِﺮَﺑِّﻚَ ﻭَﭐﻧۡﺤَﺮ


"Hendaklah engkau sholat untuk Rabb-mu dan juga menyembelih untuk Rabb-mu." (QS. Al-Kautsar: 2)



Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :


ﻟَﻌَﻦَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣَﻦْ ﺫَﺑَﺢَ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﺍﻟﻠﻪ


"Allah Subhanahu wa Ta'ala melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allah."



Dengan demikian termasuk syirik hukumnya, seseorang menyembelih untuk jin, atau untuk syaikh, atau untuk yang selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seperti bernadzar, beristighotsah, bersumpah, bertawakal, rasa takut, rasa cinta, maka ini semua adalah termasuk jenis-jenis ibadah. Tidak boleh sekali-kali seorang muslim menyerahkan salah satu dari ibadah-ibadah tersebut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.







2.8 Contoh Kesyirikan Orang Orang Musyrikin Quraisy



Diantara bentuk kesyirikan mereka adalah berdo’a dan bertaqarrub kepada orang-orang sholeh yang sudah meninggal dan menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka dengan tujuan supaya mendapatkan syafaat orang-orang sholeh tersebut disisi Allah SWT dan dengan tujuan mencari kedekatan kepada Allah SWT. Allah SWT sendiri telah menceritakan keyakinan mereka ini  di dalam Al Qur’an dan Allah SWT mengingkarinya.


Allah SWT berfirman :
 وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـؤُلاء شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللّهَ بِمَا لاَ يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

 Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). (QS. Yunus : 18)



Dalam ayat ini, Allah SWT menamakan perbuatan mereka sebagai bentuk menyekutukan Allah SWT.


Allah SWT  juga berfirman :

أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih. Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya Allah akan memutuskan diantara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk orang-orang yang pendusta lagi sangat ingkar.
(QS. az-Zumar : 3)



Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan mereka menyembah orang-orang sholeh tersebut adalah supaya mereka mendekatkan penyembahnya kepada Allah SWT. 

Dan cara meraih syafaat dihari kiamat bukanlah demikian. Cara meraih syafaat dihari kiamat adalah dengan memurnikan tauhid, bukan dengan kesyirikan. 

Dan cara dekat dengan Allah SWT adalah mendekatkan diri kepadaNya dengan iman dan amal sholeh, yang wajib maupun yang sunnah sebagaimana orang-orang sholeh tersebut melakukannya.


Tidak boleh seseorang menyamakan Allah SWT dengan seorang kepala negara yang sulit menyampaikan hajat kepadanya kecuali melalui perantara dan para pembantunya. Tidak boleh seseorang menyerupakan Allah SWT dengan siapapun, karena Allah SWT Maha Melihat Maha Mendengar Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa. Sedangkan seorang kepala Negara, maka dia adalah makhluk yang lemah, tidak mampu melakukan seluruh pekerjaannya kecuali dibantu oleh para pembantunya.








2.9 Mengenal ALLAH SWT Dengan Mengenal MakhlukNya



Allah SWT telah menciptakan mahkluk-makhluk supaya manusia berakal memikirkan makhluk-makhluk tersebut supaya mereka bisa mengenal dzat yang telah menciptakan mereka.


Besarnya makhluk dan luasnya seperti langit yang tujuh, dan bumi, kursi Allah SWT dan Arsy-Nya menunjukkan kebesaran Allah SWT.


Keteraturan gerakan dan perjalanan seperti perjalanan matahari dan bulan menunjukkan kekuasaan dan pengawasan Allah SWT yang tidak pernah berhenti.


Kejelian dalam penciptaan menunjukkan hikmahNya dan keluasan ilmuNya.

Manfaat yang ada di dalam ciptaan tersebut menunjukkan rahmat yang luas dan menunjukkan karunia yang meliputi segala sesuatu.


Allah SWT berfirman :

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍۢ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ﴿ە۱۹﴾ ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًۭا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ﴿۱۹۱﴾
Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.
 (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (QS. Ali-‘Imran: 190-191)

Hendaknya seorang muslim meluangkan waktunya untuk memikirkan makhluk-makhluk Allah SWT supaya dia semakin mengenal Allah SWT penciptanya, semakin yakin dan mantap dalam menjalankan syariat Allah SWT, merasa takut dengan azabNya, semakin dekat dengan Allah SWT dan semakin mengEsakan Dia dalam beribadah.







2.10 Mengenal ALLAH SWT Dengan Nama Dan SifatNya




Allah SWT telah mengabarkan dalam Al-Quran bahwa Allah SWT memiliki nama dan sifat.


Allah SWT berfirman :

وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى
Dan bagi Allah asmaul husna (QS. Al A’raf: 180)



يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ مَثَلُ السَّوْءِ وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ لِلَّذِينَ لَا
Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nahl : 60)


Kita mengenal Allah SWT dengan nama dan sifat tersebut, kita mengenal Allah SWT sebagai dzat yang Maha Penyayang karena Dia adalah Arrahman Arrahim, dan kita mengenal Allah SWT sebagai dzat yang Maha Pengampun karena dia Al-Ghafur dan seterusnya.


Dan Allah SWT mengabarkan di dalam Al-Quran bahwa diantara sifat Allah SWT adalah ber-istiwa diatas Arsy dan bahwasanya Allah SWT memiliki dua tangan dan Allah SWT berada di atas.


Dan Rasulullah SAW mengabarkan bahwa Allah SWT turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan juga sifat-sifat yang  lain.


Kewajiban kita sebagai seorang muslim adalah menetapkan nama dan juga sifat tersebut karena Allah SWT  lebih tahu tentang diriNya daripada kita semua. Dan Rasulullah SAW lebih tahu tentang Allah SWT daripada kita. 

Tidak boleh seorang muslim menolak nama nama dan sifat tersebut dan tidak boleh dia menyerupakan, karena Allah SWT  berfirman :

ﻟَﻴۡﺲَ ﻛَﻤِﺜۡﻠِﻪِۦ ﺷَﻰۡﺀٌ۬ۖ ﻭَﻫُﻮَ ﭐﻟﺴَّﻤِﻴﻊُ ﭐﻟۡﺒَﺼِﻴﺮ
"Tidak ada yang serupa dengan ALLah Subhanahu wa Ta'ala dan Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syuro:11)





Jadi yang benar yang seharusnya dilakukan seorang muslim adalah menetapkan nama dan sifat tersebut sebagaimana datangnya sesuai dengan keagungan dan kebesaran Allah SWT tanpa menyerupakan dan tanpa mentakwil nama dan sifat tersebut.


Mentakwil adalah mentafsirkan nama dan sifat Allah SWT bukan dengan maknanya yang benar, seperti mentakwil istiwa dengan kekuasaan, mentakwil turunnya Allah SWT dengan turunnya rahmat Allah SWT dan lain lain.


No comments:

Post a Comment