Thursday 29 December 2016

Kulwap IIP Solo Raya #4 - Travelling Homeschoolers


✈“Mengenalkan Keragaman Melalui Perjalanan”πŸš—πŸš•
Pilihan





RESUME MATERI KE-4 KULWAPP SEPEKAN IIP SOLO

Narasumber : kk Maria fauzi
Moderator : kk chika
Notulensi : kk aisyah

πŸ“š *Materi #4 Kulwapp sepekan IIP solo*
*Maria Fauzi*
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Perkenalkan saya Maria, ibu dari dua balita. Sebenarnya hobi kami bukan traveling, dalam artian selalu menargetkan untuk bepergian ke tempat-tempat baru dalam waktu tertentu. Namun selama ada kesempatan ya kami akan menggunakan se-maksimal mungkin.

Nampaknya, melakukan perjalanan ke tempat baru menjadi kebutuhan bagi sebagian keluarga modern akhir-akhir ini. Quality time bersama keluarga menjadi penting. Tidak harus plesiran sebenarnya, karena setiap keluarga punya kecenderungan dan hobi yang berbeda-beda. Namun, jika bunda sekeluarga hobi berpetualang, beberapa tips saya semoga bisa menginspirasi bunda-bunda sekalian.

Pertama

*Tentu saja adalah tujuan.* Kemana, apa yang dicari dan apakah kid’s friendly? Hal ini sangat penting mengingat kami membawa dua balita. Saya dan suami kebetulan menyukai wisata alam, sejarah, agama dan budaya. Selain memang kami mempunyai kecenderungan yang sama, hal ini saya kira juga cukup baik untuk anak-anak kami. Tidak melulu ke Mall, Water Park atau Wahana Permainan.

Di sela-sela perjalanan, kami bisa bercerita banyak hal. Tentang budaya misalnya. Ini seringkali kami lakukan ketika tinggal di Jerman beberapa waktu lalu. Festival Budaya seringkali diadakan di sana. Beragam seni dari penjuru Eropa baik musik, tari, makanan, dan permainan lokal. Atau, dengan berkunjung ke rumah teman dari negara asing. Turki, Amerika, Moldova, bahkan orang Jerman sendiri. Kami biasakan anak-anak untuk mengenal banyak hal, termasuk yang asing dari kehidupan kami sehari-hari.

Di Tanah air, tidak kalah banyak. Ada candi, masjid-masjid tua, klenteng, atau bahkan situs purbakala seperti Sangiran. Selama setahun terakhir ini, kami berkeliling candi-candi yang ada di Jogja dan sekitarnya. Putri kami cukup enjoy, selama masih bisa berlari-lari, artinya dia masih bisa bermain. Tinggal dibawakan bubble, beres. Kami bisa belajar tentang seluk-beluk sejarah Mataram Jawa, sambil bermain.

Selain budaya, kami juga mengenalkan keragaman agama. Hal ini misalnya, terjadi ketika berada di Cordoba, atau di Aya Sofia Istanbul.

Memasuki kedua katedral ini, anak saya berceletuk “Mama, ini buat Sholat?”. Melihat bangunan megah, dengan hiasan kaligrafi Kuffic dan dome, yang terbesit di benaknya adalah sebuah masjid. Karena sebelumnya beberapa kali saya mengajaknya untuk mengunjungi Masjid-masjid Turki, dengan arsitekturnya yang khas, dan memiliki beberapa kesamaan.

Melalui hal sederhana seperti ini, dan dengan pertanyaan polos anak umur 3 tahun, kami ingin mendidiknya untuk menjadi pribadi yang curious akan hal-hal baru di sekelilingnya dan bisa menerima-nya dengan baik.

Kedua

*Safety First.* Itu merupakan prioritas kami ketika hendak melakukan perjalanan bersama balita. Pasti bunda sudah berpengalaman tentang ini. Hanya saja kalau lagi berada di negara dingin, kenyamanan dan kehangatan adalah hal yang paling penting. Karena cuaca di Eropa tidak bisa diprediksi. Musim panas, tapi kadang masih dingin. Pastikan anak dalam kondisi fit, selalu mengkonsumsi buah saat perjalanan, perbanyak air minum, tidak terlalu memaksakan tujuan jika anak sudah kecapekan, dan yang paling penting maksimalkan waktu untuk istirahat ketika di kendaraan.

Jika di Indonesia, saya lebih santai. Karena cuaca yang panas, jadi tidak memerlukan banyak baju hangat. Barang bawaan juga semakin menipis dan ringan. Hanya saja ketika musim hujan, perlu sedikit waspada untuk selalu membawa pelindung.

*Seringkali para orang tua, terutama saya pribadi, merencanakan perjalanan yang tidak berimbang, alias mengesampingkan hak anak.* Ini pernah terjadi kepada kami. Saat itu kami berada di Belanda. Dengan waktu terbatas, kami berkunjung ke kampus di Leiden, dan beberapa tempat yang tidak begitu ramah anak.

Putri kami berontak, menangis sejadi-jadinya. Kemungkinan besar memang karena faktor bosan. Maklum, dunia mereka adalah bermain. Dimanapun, biasanya saya selalu mencari play ground dan memberi kesempatan bermain maksimal satu jam. Namun kali itu kami kelupaan, karena waktu terbatas. Saya sangat merasa bersalah, dan akhirnya kami cari akal untuk mencarikan anak media bermain.


Ketiga

*Berhemat.* Ya, tentu saja, mengatur pengeluaran ketika perjalanan adalah sesuatu yang wajib. Itu prinsip kami. Bukan berarti pelit, tapi kami harus berpikir untuk kemudian hari. Salah satunya dengan mencari tiket murah yang bertebaran di internet.

*Biasanya kami merencanakan perjalanan 6 bulan sebelum keberangkatan.* Pastinya, harga tiket pesawat murah dan penginapan juga terjangkau. Sebisa mungkin menghindari Peak Season, atau musim liburan. Beruntung, anak kami masih balita sehingga tidak perlu menunggu liburan sekolah.

*Selain itu, adalah tentang makanan.* Keluarga kami bukan tipe pemakan nasi setiap saat. Kalau bepergian kemana saja akan lebih mudah. Tapi tentu saja, ini tidak berlaku saat traveling di tanah air. Karena nasi melimpah, dan dimana-mana.

Kami suka roti, dan buah. Beruntung, kedua makanan ini paling gampang dicari dimana pun kami berada. Dengan harga yang murah, dan yang paling penting cukup ampuh mengatasi lapar. Tapi menu favorit kami ketika di Eropa ya tetap Kebab Turki. Dari ujung Spanyol, Italia sampai Paris menu ini tak tergantikan. Sesekali kami menjajal menu lokal, rugi rasanya sudah jauh-jauh tapi belum pernah mencicipi cita rasa yang menjadi khas daerah tertentu.


Keempat

*Avoid Gadget.* Perilaku modern seperti ketergantungan dengan gadget mengharuskan kita, sebagai orang tua, juga harus introspeksi diri. Disaat quality time bersama keluarga lebih baik lupakan sejenak gadget bunda atau ayah. Biarpun sebuah perjalanan membutuhkan dokumentasi, namun alangkah baiknya berfoto seperlunya saja, atau ketika spot bagus.

Jika salah satu dari bunda atau ayah ada yang hobi fotografi, mintalah sejenak untuk meluangkan waktu untuk hunting sendiri. Karena dalam dunia fotografi, setiap momen sangatlah berharga.

Saya pribadi menyukai dunia fotografi, jika sedang dalam perjalanan, suami akan bertugas untuk mengawasi putri kami dan saya bisa berkeliling sejenak untuk memotret. Foto bagi saya bukan sekedar dokumentasi, melainkan serangkaian catatan, sekaligus memori.

Kelima

*Menulis.* Nah, ini merupakan step terakhir yang kadang justru terlupakan. Perjalanan bagi sebagian orang hanyalah untuk menghilangkan penat, bersenang-senang bersama keluarga, selesai. Namun bagi sebagian lain, perjalanan bisa lebih dari sekedar itu. Hal yang pasti saya lakukan adalah membawa note kecil. Ketika santai saya akan mencatat apa saja yang saya lihat, dengar dan rasakan. Mengaktifkan seluruh panca indra dalam memaknai setiap perjalanan bagi saya adalah keharusan.

Semua orang bisa mengunjungi kota yang sama, negara yang sama. Tapi saya yakin, pengalaman yang didapat masing-masing orang bisa berbeda. Itu yang selalu saya terapkan ketika traveling. Jadi sebelum berangkat, saya terlebih dahulu menyiapkan bacaan, dari mana saja, bisa novel dengan latar belakang kota tersebut, atau buku bergenre sejarah. Dengan bekal itu saya bisa lebih dapat banyak ide, dan angle untuk memulai menulis.

Last but not least, segera ambil buku catatan dan menulis ! Kirim artikel sebanyak-banyaknya ke media. Jika beruntung, lumayan kan uang traveling tergantikan dengan honor menulis. Atau, bisa untuk perjalanan selanjutnya.

Demikian sekilas catatan singkat saya tentang dunia traveling bersama keluarga. Semoga bermanfaat dan memberikan pandangan lain ketika berwisata.


Salam Hangat dari Jogja.
Wassalam,

πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚

 Traveling Timeline
*Maria Fauzi*

http://mariaelfauzy.blogspot.co.id/


Ada satu hal yang saya percayai dan yakini dari sebuah perjalanan. Bahwa hakekatnya, perjalanan bukanlah seberapa jauh kita pergi namun seberapa banyak kita mampu menyerap setapak demi setapak pengalaman yang akan tumbuh menjadi diri kita saat ini atau nanti.

Tahun 2005, adalah titik awal saya menjalani kehidupan di lingkungan yang sama sekali belum pernah terpikirkan. Kairo, ibu kota Mesir menjadi pelajaran pertama saya untuk mengenal lebih jauh tentang menjadi Indonesia, menjadi Muslim yang baik, disamping menjadi pelajar tentunya. Kultur, bahasa, cuaca dan pengalaman baru mengharuskan saya untuk bisa terus survive.

Menjadi pribadi yang terbuka memang sangat diperlukan jika ingin melakukan perjalanan. Karena di luar sana, kita akan menemukan sesuatu yang tidak bisa kita duga, tidak biasa kita lakukan, atau bahkan sangat bertolak belakang dengan keyakinan kita tentang suatu hal. Disitulah, kita sebagai manusia biasa dituntut untuk menerima segala keragaman yang nyatanya benar-benar ada di bumi ini.

Untuk menambah pengalaman, saya mencoba melangkahkan kaki ke beberapa kota di Mesir lainnya, bahkan ke ujung selatan dan utara. Dari Luxor sampai semenanjung Sinai. Dari Siwa sampai ke kota Alexandria. Dengan beasiswa seadanya, saya berusaha untuk terus menabung hanya untuk berkelana, belajar dan berusaha untuk mendengarkan apa dan dari siapa saja. Dengan ‘bondo nekad’ saya seringkali bepergian sendiri, hanya berbekal beberapa uang Pound Mesir, paspor dan kartu pelajar, saya bisa sampai ke kawasan-kawasan baru yang ada di Kairo, bahkan keluar kota. Naik bis apa saja, tanpa tau arah. Menyusuri permata-permata kecil yang tertutup. Empat tahun berlalu, rasanya tidak cukup untuk mengeja kisah-kisah masa lampau yang berceceran di setiap sudut kota.

2011

Pulang dari Mesir bagi saya seperti meninggalkan kenangan, memori, untuk masa depan yang lebih berwarna. Di penghujung tahun ini pula saya berkesempatan untuk menjalani kehidupan di belahan bumi lain, tepatnya di Benua Biru. Tanah Eropa.

Suami saya diterima untuk mengikuti program Doktor di Berlin selama kurang lebih empat tahun. Dan saya, secara kebetulan juga sedang menyelesaikan penelitian di tempat yang sama untuk program Master. Di kota inilah, kami sebagai keluarga baru mulai meniti kehidupan ribuan kilometer dari tanah kelahiran.

Lain Mesir lain Eropa. Budaya baru, bahasa baru, dan aktifitas yang baru mengharuskan kami untuk secepatnya bisa beradaptasi. Di awal kedatangan saya sempat mengalami kesusahan, apalagi dalam hal komunikasi. Orang Jerman punya rasa nasionalisme yang tinggi, mereka akan terus menggunakan bahasa Jerman meski kita berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Saya maklum, karena memang itulah bahasa mereka. Kami, para pendatang ini yang seharusnya belajar bahasa lokal.

Berada di Eropa dengan visa pelajar adalah anugerah. Di beberapa museum, atau tempat wisata seringkali ada diskon khusus pelajar. Apalagi jika membawa anak dibawah usia 6 tahun, kemana-mana gratis. Naik bis, tram, kereta tidak dikenakan biaya. Cukup bisa menekan pengeluaran.

Balita kami, ketika itu baru berumur 6 bulan. Saat itulah keberanian saya sebagai ibu baru membawa bayi untuk perjalanan jauh yang memakan waktu sekitar 12 jam. Dari ujung timur Jerman, ke bagian Barat tepatnya ke kota Karlshrule. Semua kecemasan menjadi satu. Cuaca, kebetulan tidak bersahabat. Angin  kencang, udara dingin musim semi membuat kami harus selalu waspada. Benar saja, baru empat jam perjalanan, bayi kami muntah, berkali-kali. Panik luar biasa. Dengan segala usaha untuk menenangkan bayi, kami harus menanggung rasa canggung karena tangisan putri kami yang tak henti-henti. Kami merasa tidak enak dengan penumpang yang lain. Beruntung, mereka sangat pengertian.

Pengalaman pertama membawa anak ketika perjalanan jauh memang tidak mudah. Namun, dari situlah kami bisa belajar lagi untuk terbiasa dengan situasi-situasi tak terduga. Seperti ketika kami harus tidur berpindah-pindah dari terminal, ke stasiun, hingga menghangat di kafe.

Pengalaman dan kesan melakukan perjalanan dengan balita membuat kami semakin lihai dengan kondisi terjepit. Panik, merupakan kesalahan utama yang harus dihindari. Kepanikan hanya membuat situasi semakin tidak kondusif.

Destinasi Bukanlah Yang Utama

Berada di Jerman, memudahkan kami untuk menjangkau ke beberapa negara tetangga lainnya. Tidak begitu jauh, pun jika ditempuh dengan pesawat hanya memakan waktu 1-2 jam. Andalusia, Roma, Paris, Praha, Belanda, Venisia, bahkan Istanbul. Biasanya kami harus hunting beberapa bulan sebelum perjalanan. Tiket-tiket murah bertebaran, termasuk penginapan.

Tugas saya mencari kota, dan destinasi baru yang akan dikunjungi. Itu pun juga kalau suami ada waktu dan terbebas dari tugas kampus. Tidak hanya itu, saya harus meyakinkan suami alasan mengunjungi tempat tersebut. Tidak serta merta pergi, foto-foto, dan pulang.

Kebetulan saya pecinta sejarah, suami saya pasti akan bertanya apa yang akan dicari disana selain yang sudah banyak bertebaran di internet. Tantangan untuk saya, dan yang membuat saya untuk selalu mencari referensi akan kota tersebut. Bukan buku panduan wisata, tapi buku sejarah. Tentang hidden stories yang jarang sekali di eksplore.

Saya pun membiasakan diri untuk mencatat apa saja yang saya lihat, saya dengar, dan rasakan di saat mengunjungi tempat-tempat baru. Pertanyaan yang seringkali dilontarkan suami setelah kami melakukan perjalanan adalah catatan. “Mana neh catatannya, kok belum di posting?”. Paling tidak itulah yang menjadi penyemangat saya untuk terus menulis.

Kini, setahun sudah kami berada di tanah air. Jumlah keluarga juga bertambah dengan hadirnya si kecil yang baru berumur dua bulan. Tantangan baru lagi bagi kami untuk kembali berkenalan dan terus belajar dari lingkungan sekitar. Di luar Indonesia, jelas sekali tantangan dan situasi sangat berbeda. Kami, justru belum teruji melakukan perjalanan di negri sendiri. Tapi kembali lagi ke prinsip kami, bahwa hakekat sebuah perjalanan tidaklah dilihat dari seberapa banyak destinasi yang kami tuju, namun nilai dan pelajaran apa yang bisa kita dapat untuk dijadikan sebuah pondasi membentuk keluarga yang bernilai dan bermanfaat.

Demikian catatan singkat tentang perjalanan keluarga kami, semoga bermanfaat dan menginspirasi para bunda untuk selalu belajar dari sekitar. Dimana saja, dan kapan saja.

Salam hangat dari Jogja.

πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚

*BIODATA NARASUMBER #4 _Kulwap Sepekan Iip Solo Raya_*

Nama : Maria Fauzi
Suami : Munirul Ikhwan
Anak : Aurora Nadine Ikhwan (4thn)
           Shehrezad Nabila Ikhwan (3bln)
Pendidikan :
Sarjana Studi Agama, Universitas  Al Azhar Kairo
Master Religious Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada
Aktifitas : IRT, Menulis, Membaca, dan terus belajar untuk menjadi Ibu produktif dan profesional.
Domisili : Yogyakarta

Publikasi:
1.  “Istana Merah di Bukit Sabiha”, Majalah Femina.
2.  “Pesona Masjid Sehitlik”, Koran Republika
3.  “Betapa Mengerikan-nya Camp Konsentrasi Nazi”, Media Online Prioritas
4. “Saya dan Seorang Yahudi”, Buku Dialog 100
5. “Miniatur Kampus Dari Secangkir Kopi”, Kumpulan Tulisan di Buku Drink Coffee and Be Sexy
6. " Beda Bangsa Beda Nasib", Indo Progress Media Online
7. " Kilau Senja di Istana Merah", Majalah Detik
8. "Ibn Rushd di Vatikan", Qureta Media Online

Blog : Mariafauzi.blogspot.co.id
IG : La_fontano
FB: Maria Fauzi

πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚

πŸŽ₯πŸŽ₯πŸŽ₯ *diskusi Live*

 Assalamu'alaikum...
Selamat malam ibu-ibu keren πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’

Salam telolet ...πŸŽΊπŸŽΊπŸŽΆπŸŽΆπŸšŒπŸšŒπŸšŒπŸ˜ƒ

Senang sekali bisa berkenalan lebih dekat dan  bisa saling bertukar ide di forum yang kece dan bermanfaat ini.

Setelah beberapa hari kemaren materi yang  dibagi cukup menguras energi dan pikiran, kali ini saya ingin mengajak bunda sekalian untuk jalan-jalan. Eits, bukan sekedar plesiran, foto2, trus pulang. Tapi plesiran yang menghasilkan, sekaligus memperkaya wawasan. Asik kan?

Yuk ah, tancap gas kita...πŸš™πŸš•πŸš„✈πŸšπŸš‰πŸš€
πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„

Daftar Pertanyaan :
1⃣ Wahyu - Solo
Salam mb maria, bca tulisan perjalanannya asik bgt ya mb, traveler sekaligus learner, jalan2 g cuma melancong, tp juga belajar sejarah sekaligus budaya. Nah sya mau nnya ni, berhubung sya pnya babi 5 bln yg pengen sya ajak traveling jg, pertnyaan sya adalah:
1. Kalau naik pesawat, suara deru pesawat itu aman g ya buat telinga bayi? ada tipsnya g utk berkendara aman naik pesawat buat bayi?
2. Selama perjalanan bersma putri mb dlu, ada pembagian tugas sma suami g sebelum perjalanan dimulai? Kyk briefing dlu nanti gmn, kalau byk asap rokok dan polusi gmn?
3. Oya, selama perjalanan p3k apa aja nih yg mb maria bawa?
Sekian pertanyaan sya, makasih sdh berkenan menjwb πŸ™πŸΌ

 ↪ Membawa bayi untuk naik pesawat sebenarnya aman, asal faktor keamanan dan kenyamanan di nomersatukan. Saya biasanya membawa kapas untuk saya tutupkan di telinga bayi kami. Dan dipasang ketika take off atau landing. Kalau masih ASI, lebih baik di nenenin. Beri stimulasi rasa tenang biar anak tidak terlalu gugup mendengar suara bising pesawat. Kalau sudah agak besar, ajak anak bermain atau makan, intinya mengalihkan perhatian. Orang tua juga disarankan untuk tidak panik. Dan jika saja anak rewel, menangis, santai saja. Insyaallah penumpang yang lain akan mengerti. Tips lain yang saya kira penting, pilih tempat duduk dekat dengan jalan. Anak akan merasa bosan jika terus menerus duduk, ajaklah jalan-jalan di dalam pesawat untuk menghilangkan rasa bosan. Dan kalau dapat tempat duduk dekat jendela, pasti akan kesusahan sekali untuk keluar. Oia, tidak lupa pakaikan baju yang sesuai dan nyaman.

↪ Saya dan suami biasa membagi tugas. Tapi biasanya on the spot, ga ada briefing-briefingan. Seringnya seh suami bagian bawa barang, saya dorong stroller. Kalau ada perokok, atau hal-hal yang tidak aman untuk bayi, ya gantian. Mending menghindar sejenak.

↪ Tentang P3K, sebenarnya tidak begitu ribet. Saya cuma bawa minyak kayu putih ☺ Karena kebetulan, kami tidak terbiasa membawa obat dll. Dan, alhamdulillah selama ini tidak ada halangan yang cukup serius. Tiap keluarga sepertinya punya kebiasaan masing-masing, tergantung kebiasaan. Asal tidak usah terlalu banyak, berat-beratin bawaan ☑

Sambil baca, monggo saya bawakan kopi seperti bunda Tyas kmren ☕☕☕☕☕☕☕☕

2⃣ Tri - Yogya
Menarik sekali perjalanannya bu, bisa keliling eropa dan sekitarnya. Kalau traveling bersama si kecil dan kelg dlam sebulan kira2 bu maria alokasi budget berapa bu? Wajib travel tiap bulan atau g?

↪ Soal budgeting, hal ini sangat tergantung dengan tujuan dan selera keluarga.  Kami tidak pernah mentarget kan harus bepergian tiap bulan kemana, dan bagaimana. Tapi paling tidak selama 6 bulan, kami biasanya hanya sekali bepergian keluar negara Jerman. Itupun setelah tabungan dirasa cukup untuk traveling. Kalau belum, ya nabung lagi. Selebihnya kami habiskan untuk mengelilingi kota-kota yang ada di Jerman ketika akhir pekan. Untuk menghemat, o biasanya membawa bekal dari rumah, dan tidur di kereta. ☺

3⃣salam
perkenalkan saya indah-klaten
pengalaman travelling dgn 2balita yg passion nya sgt berbeda kadang bikin sy bingung. karna yg satu bisa enjoy dan ingin berlama2 ditempat tujuan sdg yg satu nya lg g betah pingin cpt pindah lokasi...nah yg saya ingin tanyakan bgmn menyikapi hal ini. karna pernah dicoba sblmnya dibikin kesepakatan bersama.pas dirumah semua bilang ia setuju.tp setelahnya sampe tujuan kesepakatan itu g berlaku,gagal diberlakukan pada si kecil (2th). si kecil blm bisa diajak kompromi, msh suka tantrum.
sekian.makasih

↪Halo Mbak Indah ☺ Saya pribadi sebenarnya belum berpengalaman membawa dua balita sekaligus, dan mempunyai passion berbeda. Namun saran saya, jika yang satu sudah merasa bosan, lebih baik entah ibu atau ayah mengalihkan perhatian-nya sejenak dan mengeksplorasi hal-hal lain di sekitar tempat tersebut. Anak umur 2 tahun pasti menyukai sesuatu yang baru, tinggal bagaimana orang tua bisa menyiasati dan berkompromi dengan anak. ☑

4⃣πŸ™‹πŸ»Ira - Solo
1. Bagaimana cara membuat itinerary di luar negeri yang sesuai umur anak2? Biasanya sehari brp obyek kunjungan?
2. Bagaimana menyiasati budgeting ketika travelling ke luar negeri? Ada tips untuk penghematan? πŸ˜‰
3. Bagaimana cara membuat tulisan travelling kita? Bisa dikirimkan kemana saja? Ada referensi media yang menerima tulisan kita? Trims

↪ Kebetulan kami tipe random traveller. Jarang banget, bahkan ga pernah bikin itenary yang sangat detail. Palingan cuma tujuan utama yang harus direncanakan, selebihnya menyesuaikan waktu dan energi. Namun tentu saja, kami sudah memilah terlebih dahulu mana yang hukumnya wajib, sunnah atau mubah :P  Menurut saya pribadi justru dengan random begini bisa fleksible karena membawa anak, dan biasanya justru lebih banyak kejutan yang menarik ☺

↪ Menyiasati untuk berhemat menurut pengalaman kami, sebaiknya booking jauh-jauh hari. Dan luangkan waktu sesering mungkin untuk mencari informasi promo di berbagai aplikasi traveling. Meminimalisir belanja, fokus di tujuan, dan membawa bekal (jika memungkinkan). Kalaupun tidak, makan apa saja yang murah di daerah tersebut.

↪ Setiap media mempunyai ciri penulisan masing-masing. Usahakan untuk survey dan mempelajari gaya tulisan di media yang dituju dahulu. Agar menghasilkan tulisan yang sesuai keinginan pihak penerbit. Hal ini lebih memudahkan untuk menulis catatan perjalanan. Hampir setiap media baik cetak atau tidak punya rubric khusus untuk catatan perjalanan. Silahkan sering-sering googling ☺☑

5⃣ Rita Klaten
Apakah aman membawa bayi naik pesawat? Adakah tips tips agar bayi tidak rewel? Trimakasih 😊

↪Sudah terjawab di jawaban nomer 1 ☑

6⃣πŸ™‹  Defi - solo
Pertanyaan :
Nganu mba maria,
1. Adakah destinasi yg sgt dipingin tp blm kesampaian? Dan knpa dipilih destinasi tsb.
2. Budget tiap tujuan (kalo di indonesia) itu brpa? *biar bs nabung 😬
Maturnuwun.

↪ Destinasi yang ingin sekali dituju, Eropa Timur. Sepertinya menarik sekali jika suatu saat bisa kesana ☺ Alasan ingin ke negara2 tersebut karena penasaran dengan sejarah dan peninggalan pecahan Uni Soviet dulu.

↪ Tentang budget lagi-lagi tergantung dengan tujuan. Saya tidak bisa memberikan gambaran yang jelas tentang hal tersebut ☺☑

7⃣ πŸ™‹ Ana - karanganyar
Pertanyaan :
Hambatan apa sj mba selama ini dialami? Dan kejutan2 negatif apa aja yg dialami selama ini saat melakukan perjalanan / traveling?

↪ Kejutan banyak sekali mbak :D  Yang paling parah, suatu ketika, kami pernah bermalam seperti orang tunawisma. Padahal di luar suhu 11 derajat, bersama si kecil lagi. Tidur di terminal diusir sama pihak keamanan, mau tidur di stasiun ternyata tutup. Akhirnya masuk kafe jam 2 pagi, ga taunya di dalam banyak transaksi hal-hal terlarang :D Padahal kami bawa anak 1,5 tahun. Itu gara2 miskomunikasi pihak AirBnb.

↪ Pernah juga, kelupaan ga bawa ganti baju anak. Eh, putri kami (maaf) buang air besar di kereta sampai kemana-mana. Dan baju tidak bisa dipakai lagi. Saat itu pas musim dingin, suhu di luar 2 derajat. Akhirnya saya bungkus pake selimut putri kami, tanpa pakai apapun kecuali popok. Sesampainya di tempat tujuan, langsung mampir toko baju :D



Hambatan? Hmdulillah tidak ada yang serius. Alias masih bisa teratasi ☺☑

8⃣ Laila - Semarang
Mb maria sekolah di luar negeri dpt beasiswa ya? Bagi tips gmn caranya dpt beasiswa buat kita2 para mommy yg mgkin mo lanjutin sekolah lg? Maaf mb, out of topic 😬

↪ Sepertinya tips mendapatkan beasiswa sudah banyak sekali bertebaran di mana-mana. Intinya memang harus die hard, dan berkomunikasi yang baik dengan keluarga. Tidak ada yang tidak mungkin. Ibu juga berhak untuk tetap mendapatkan pendidikan yang baik. ☑

9⃣Fadhila. banten
Kak mau tanya utk publishing cerita perjalanan kita ke media seperti apa? Hrs ke siapa? Apa hrs ada kenalan?

↪ Langkah pertama, tentu saja mencari informasi tentang media yang mempunyai rubric Catatan Perjalanan. Ada banyak, Femina, Detik, Republika, Kompas dll. Hampir setiap media ada. Hanya saja, kita terlebih dahulu harus tau gaya tulisan yang diminta. Informasi alamat media ada di internet. Yang pasti, jangan bosan mengirim tulisan dan ditolak. Tulisan saya lebih sering ditolaknya dari pada di muat :D

Menulis catatan perjalanan dianjurkan untuk peka. Tulislah apa saja yang menurut bunda menarik untuk dibagi ketika perjalanan

1⃣0⃣ Luna wonogiri
Mbakk..keren bgd perjalanannya ya.. bagaimana tips trik menyiapkan budget utk liburan atau travelling ya? Saya selalu kepake terus biayanya saat menyisikan

↪Sudah di bahas di atas. Intinya, harus tahan godaan. Menabung dan berhemat adalah pilihan cermat agar bisa traveling sesuai keinginan dan kebutuhan ☺☑

1⃣1⃣Vira dari tangerang
Kak mau tanya td kakak mengirinkan artikel ke najalah2 gitu kl boleh tau fee nya brp ya?

↪Fee tiap media bermacam-macam. Hal lain yang mempengaruhi fee, adalah kwalitas foto dan sudut pandang. Jika tulisannya apik, mempunyai angle yang berbeda, ditambah foto yang ciamik insyaallah akan dapat lebih banyak. Untuk media online, pengalaman saya, kisaran 400-800rb. Kalau cetak, bisa lebih dari itu. Saran saya, coba kirim tulisan ke media lokal dahulu sebelum ke skala media nasional. Persaingan yang tidak begitu ketat memungkinkan tulisan kita bisa lolos, itu pun jg kalau memenuhi kriteria. Selamat  mencoba. Satu lagi, jika sudah mengirim tulisan dan belum di balas, tunggu saja. Sabar. Kalau tanya terus justru akan meninggalkan nama baik, dan bisa2 malah tidak dimuat. Pengalaman pribadi 😁 ☺☑

1⃣2⃣ Saroh - Solo
Mb maria boleh bagi tips hemat berpetualang ke luar negeri ?

↪ tips hemat sudah dibahas diatas mbak. Intinya ga usah banyak beli oleh2 πŸ˜πŸ˜† ☑

1⃣3⃣ Desy - Solo
Dari kesemua perjalanan pjg tsb, yg paling disukai yg mn?
Renc mau melakukan Travelling dlm negri mulai dari mn?

↪Yang paling berkesan, Prague, Andalusia dan Istanbul. Karena ketiga negara inilah yang dahulunya seringkali saya sebut-sebut di buku diary saya :D Puluhan novel, literatur yang berlatar belakang kota-kota tersebut paling sering saya baca. Alhamdulillah akhirnya keturutan juga ☺
Rencana perjalanan dalam negri saya mulai dari Jogja dan sekitarnya. Karena balita kami masih berumur 2 bulan, sepertinya riskan sekali untuk traveling yang jauh. Dimulai dari situs-situs Mataram Jawa, Mataram Islam sampai peninggalan modern. ☑

1⃣4⃣ chika solo
Perlu dan adakah imunisasi utk kita dan ank saat rencana traveling di beberapa negara?

↪Untuk beberapa negara yang dinilai rawan penyebaran penyakit memang dianjurkan seperti Amerika Selatan, beberapa negara di Afrika. Namun saya tidak tau banyak tentang hal itu. Monggo tanyakan langsung ke imigrasi atau pihak terkait karena saya tidak punya kapasitas untuk menjawab hal tersebut.☑

1⃣5⃣Fika - Batam
1. Mb lebih berbinar2 yg mana, menulis sejarah atau traveling?
2. Sejak kapan mulai menulis traveling/sejarah?
3. Sebelum menulis pasti referensi bacaan mb bnyk sekali ya? Krn berhubungan dgn sejarah, gmn mengemasnya biar tdk hilang value "traveling" nya?
↪Saya lebih tertantang untuk memadukan kedua nya, traveling dan sejarah. Kalau sejarah aja kesannya garing, begitu jg sebaliknya 😊. Bacaan memang wajib, agar punya ide dan sudut pandamg baru saat berada di tempat tujuan. Disitulah kadang terlahir originalitas sebuah tulisan. ☑

1⃣6⃣πŸ™‹πŸ» Salma - Yogya
1. Saya tertarik jg mb utk nulis ttg traveling, Adakah tips utk menulis cerita ttg traveling utk pemula?

↪Untuk tidak kehilangan value of traveling, hadirkan setiap imajinasi (apapun, bs dari bacaan, film, dll) ketika di tempat tujuan. Catat, dan endapkan dlu. Untuk kemudian mulai tahap penulisan....
Untuk menjadi penulis, intinya cuma satu. Menulis. Tulislah apa saja yang dilihat, di dengar dan dirasakan ketika traveling. Aktifkan seluruh panca indra agar energienulis nya kian membara...-(kompor kale) 😁 ☑

1⃣7⃣resha ketapang
Mb maria gmn tip managemen waktu padahal sibuknya bagi waktu kuliah, mengurus rumah dan travelling ?
↪Alhmdulillah studi saya selesai ketika hamil. Jadi waktu saya sudah melahirkan, sudah tidak punya tanggungan belajar 😊 dari pada dari pada, mending plesiran yg menghasilkan kan? πŸ˜‰ ☑
πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’

πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚

Terima kasih atas sharing dan diskusi yang menarik hari ini.  Semoga bisa menginspirasi dan bermanfaat buat kita semua. Mohon maaf jika ada sesuatu yg tidak berkenan. Mari kita optimalkan diri kita menjadi wanita, ibu dan istri yang terus mau belajar dari sekitar. Kapan saja dan dimana saja.

"The real voyage of discovery consist not in seeking new landscaps but in having new eyes" -Marcel Proust-

Wassalam,
Salam hangat dari Jogja πŸ’‹

Salaaam Teloleeeetttt πŸ˜ƒ

No comments:

Post a Comment