Saturday 14 May 2016

Review Buku The Model for Smart Parents (1)

“Everything is created twice, first in mind and then in reality”


Segala sesuatu dibuat dua kali, pertama dalam pikiran (perencanaan) dan kedua dalam kenyataan (realisasi). Semakin penting segala sesuatu, maka kita akan semakin serius dalam kreasi pertama. Semakin berharga segala sesuatu, maka kita semakin serius dalam tahap desain.


Kata pengantar di buku The Model for Smart Parents karya Nopriadi Hermani, Ph. D ini menggugah saya, dan membuat saya tertarik untuk mengupasnya (sedikit, karena belum selesai membacanya) di postingan pertama Read Write Share IIP Kalsel.
Banyak orang tua yang mengatakan anak-anak mereka sangat penting dan berharga, namun pada kenyataannya mereka tidak memiliki desain apa-apa untuk diri anak-anak mereka. Mereka tidak memiliki rencana tentang pribadi anak-anak mereka. Mereka tidak memiliki gambaran bagaimana anak-anak menjalani kehidupan ini. Bila tidak memiliki desain diri yang diwujudkan, maka bukanlah itu sama saja memperlakukan anak-anak sebagai hal yang tidak penting dan berharga? (hal. 3)

Untuk menguji apakah kita telah memiliki desain diri sebenarnya mudah. Tanya saja pada diri kita hal penting apa saja yang ingin diwujudkan pada pribadi anak-anak kita? Hal penting apa yang sudah dan belum ada pada jiwa anak-anak kita? Hal apa yang harus ada pada anak-anak kita? Bagaimana caranya mewujudkan hal itu? Bagaimana kalau hal itu tidak ada pada diri mereka? Hal buruk apa yang akan terjadi pada mereka saat dewasa kelak? (hal 4)

Pertanyaan-pertanyaan di atas membuat saya tertampar. Berkali-kali. Karena sungguh selama ini saya tidak memiliki desain yang jelas tentang pribadi anak-anak saya, bahkan untuk diri saya sendiri (jadi apakah saya ini berharga? #ngaca).

Menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah, oleh karena itu kita harus menjadi orang tua yang aktif belajar, long life learning. Islam pun menuntut profesionalitas dalam segala hal, termasuk ketika kita sedang menjalankan peran keayahbundaan. Kita perlu membekali diri dengan ilmu-ilmu parenting, dan juga ilmu yang relevan dengan pendidikan anak, seperti ilmu tentang kehamilan dan menyusui, ilmu gizi, proses tumbuh kembang anak, membangun kreativitas anak, memahami penyakit-penyakit umum dan cara penanganan sederhana, dan lain sebagainya.


Lalu, bagaimana menyiapkan bekal untuk menjalankan peran keayahbundaan? Nantikan review selanjutnya…

Oya, tulisan ini diposting juga di Read Write Share IIP Kalsel

No comments:

Post a Comment