Alhamdulillah...
Sungguh bahagia tak terkira, ketika suami mengajak si sulung mendengarkan kajian salah seorang ustadz via Youtube. Dan ketika isi kajian tersebut 'menyindir' keadaan keluarga kami, mereka bisa saling mengingatkan sambil bercanda.
Saya dan suami berasal dari keluarga yang awam masalah agama. Alhamdulillahnya, orangtua kami selalu mengajarkan untuk melaksanakan sholat 5 waktu, dan jangan lupa membaca Al Qur'an. Ya, sebatas itu. Dan kami pun memulai pernikahan dengan kodal agama yang minim. Sekedar menjalankan kewajiban sholat, puasa, selesai.
Ketika saya mulai berkecimpung di suatu kajian, saya mulai sedikit terbuka, tentang betapa pentingnya untuk belajar ilmu agama. Ilmu yang selama ini dianaktirikan. Namun untuk mengajak suami serta membuka hati dan pikirannya bukan hal yang mudah.
Tetapi akhir-akhir ini, saya melihat suami mulai rajin tilawah, dan mendengar kajian-kajian ustadz via online. Mulai mengajak diskusi anak-anak tentang akhirat, padahal selama ini yang dibahas hanya masalah duniawi saja. Si kakak pun sudah semangat 45 mengerjakan sholat 5 waktu di masjid.
"Ayah tuh pengen lho kayak ayahnya kakak X, masak sambil nunggu jualan sambil baca Qur'an. Ayah masih sering pegang HP aja nih."
"Ibuuuu, aku ke masjid dulu ya, aku mau jadi anak sholih, ga mau jadi anak sholihah."
"Pengen ga Mas nanti kita kumpul lagi di surga? Ayah sih pengen, tapi Ayah nih takut banget nanti ga bisa masuk surga. Rasanya masih ga pantes."
"Waduh, kalo hafalanmu sudah sampai disitu, dan Ayah belum, nanti di surga, kamu di surga yang diatasnya Ayah dong. Trus nanti dadah dadah sama Ayah dari atas?" --> "Ya enggak lah Yah, nanti Ayah kuajak naik ke atas kok."
Sungguh bahagia rasanya ketika saya mulai mendengar diskusi-diskusi kecil seperti ini. Ya, ketika hidayah itu menyapa, sambutlah dia. Jangan pernah lepaskan.
No comments:
Post a Comment